Thursday, 2 March 2017

Industrialisasi Perikanan Budidaya Kepri Melalui Penerapan Konsep Blue Economy

Kontribusi Perikanan Budidaya terhadap penyediaan pangan dunia : Dari beberapa sistem produksi pangan dunia, budidaya perikanan telah menjadi sektor produksi pangan yang berkembang pesat sejak 25 tahun terakhir dan diterima secara luas sebagai salah satu cara untuk mengatasi krisis pangan dunia, terutama di negara-negara berkembang termasuk Asia. Akuakultur memiliki peningkatan produksi 8,2% per tahun dibandingkan perikanan tangkap yang stabil 1,3% per tahun dan memiliki kontribusi sebesar 2,6% per tahun untuk total produksi daging dunia (FAO, 2013), 60% sumberdaya perikanan tangkap di eksploitasi secara berlebihan (Resiko tinggi).

"Akuakultur adalah kegiatan untuk memproduksi biota (organisme) akuatik di lingkungan terkontrol dalam rangka mendapatkan keuntungan (profit)".

POTENSI AKUAKULTUR INDONESIA

Garis pantai = 81.000 km
Memiliki hamparan terumbu karang (±85.000 km2) terluas di dunia
Potensi produksinya = ± 65 juta ton/th
Realisasi produksinya = 0,5 juta ton (sangat rendah) à th. 2000. "Target Produksi Akuakultur 2014: 16.891.000 ton" .

PENGEMBANGAN BUDIDAYA

Sampai dengan Tahun 2013 Pengembangan Perikanan Budidaya telah dilakukan pembinaan-pembinaan pelaku usaha dan juga dibantu sarana prasarana pembudidaya ikan laut berupa : Bantuan benih dan Keramba Jaring Apung, s/d Tahun 2012 dibantu 500 unit kantong Keramba Jaring Apung berbahan HDPE untuk 280 KK Perikanan Budidaya di Kepri.  dan di tahun 2013 ini kembali dibantu 500 Unit KJA HDPE untuk  345 RTP Pembudidaya. 
Pengembangan perikanan air payau berupa tambak udang dan bandeng dilakukan di Bintan seluas 5 Ha dan di Lingga seluas 20 Ha yang dikelola 100 RTP pembudidaya
Mulai Tahun 2010 juga telah dibantu pakan untuk pembudidaya ikan sejumlah 3.600 Kg untuk 60 RTP pembudidaya,  tahun 2011 dibantu kembali pakan lele sejumlah : 2480 Kg untuk 31 RTP di Tanjungpinang, 4720 Kg untuk 59 RTP di Bintan dan di tahun 2013 ini dibantu pengadaan 4 unit HSRT beserta kelengkapan, pakan, benih,dll.

TANTANGAN PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

Akses permodalan bagi usaha bidang kelautan dan perikanan terbatas. 
Kondisi sarana dan prasarana kelautan dan perikanan kurang optimal. 
Tingkat pendidikan dan keterampilan pelaku utama/usaha masih perlu ditingkatkan.
Sistem pendataan bidang kelautan dan perikanan di pusat dan daerah masih perlu dibenahi.
Pembiayaan Pemerintah (APBN dan APBD) terbatas.
Terdapat 2,17 juta Rumah Tangga Miskin (RTM) di wilayah pesisir dan 17,08% diantaranya bermata pencaharian perikanan.
Diperlukan perubahan pendekatan, dari pendekatan ‘masalah’ menjadi pendekatan ‘solusi’, yang dilakukan oleh semua pemegang kepentingan

FOKUS PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

  1. Industrialisasi kelautan dan perikanan dengan pendekatan ekonomi biru/blue economy Peningkatan nilai tambah dan sinergi hulu-hilir usaka ekonomi kelautan dan perikanan berbasis komoditas dan kawasan, serta pembenahan sistem dan manajemen. 
  2. Pengembangan kawasan Minapolitan : Evaluasi kegiatan Minapolitan dan tindak lanjut percepatan pengembangannya melalui strategi indutrialisasi. 
  3. PNPM Mandiri Kelautan dan Perikanan dan program Peningkatan Kehidupan Nelayan dalam rangka pelaksanaan MP3KI yaitu : Evaluasi dampak PNPM Mandiri KP, Pelaksanaan PUMP, PUGAR dan PDPT sesuai roadmap dan kriteria yang telah ditetapkan, Pelaksanaan program PKN di 200 lokasi PPI serta memastikan kegiatan lintas sektor dapat terlaksana. 
  4. Pengembangan sarana dan prasarana kelautan dan perikanan, termasuk dalam rangka mendukung MP3EI di 3 Koridor Ekonomi : Pengembangan infrastruktur perikanan berkoordinasi dengan Pemda dan lintas K/Lserta Grounbreaking di 3 Koridor Ekonomi MP3EI
  5. Penguatan litbang dan peningkatan kapasitas SDM KP dan penguatan penyuluhan : Perluasan jangkauan Iptekmas, Inovasi litbang, Pelatihan dan penyuluhan, Peningkatan mutu pendidikan.
  6. Pengembangan karantina ikan dan pengendalian mutu : Peningkatan mutu produk, Pengendalian impor ikan
  7. Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan : Mendorong Pemda untuk penetapan KKP, Pelaksanaan COREMAP III
  8. Peningkatan kualitas lingkungan di pulau-pulau kecil berbasis masyarakat : Rehabilitasi ekosistem pesisir, Bantuan sarana prasarana di pulau-pulau kecil
  9. Pengawasan pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan : Pembangunan sarana pengawas, Pengembangan sistem pengawasan dan pemberdayaan Pokmaswas

KONSEP BLUE ECONOMY

  1. Tujuannya adalah peningkatan efisiensi sumberdaya alam, peningkatan nilai tambah dan diversifikasi produk dengan prinsip: efisiensi SDA tanpa limbah, peningkatan pendapatan masyarakat, perluasan lapangan kerja.
  2. Pendekatannya adalah integrasi sistem produksi lintas core business (bisnis utama), konektivitas Bisnis (rantai nilai dan rantai pasok), dan infrastruktur terintegrasi.
  3. Komoditas dan produk unggulana adalah multiple commodities and products dan penciptaan pasar baru (new market)
  4. Berkelanjutan yaitu berwawasan lingkungan

ELEMEN BLUE ECONOMY

1. Beyond Sustainability
Nature efficiency
Zero waste: leave nothing to waste – waste for one is a food for another - waste from one process is resource of energy for the other
Social inclusiveness: self-sufficiency for all – social equity-more job, more opportunities for the poor
Cyclic systems of production: endless generation to regeneration, balancing production and consumption
Open-ended innovation and adaptation: the principles of the law of physics and continuous natural adaptation
2. Shifting Economic Paradigm 
System thinking: learning from nature – using the logic of ecosystems
Changing the way of doing business:
Redefining core business: core business defined by core competence
Endless innovation: innovation creates opportunities
Vision and Creativity

PENJELASAN ELEMEN BLUE ECONOMY

1. Keberlanjutan Plus
Efisiensi sumberdaya alam
Tanpa limbah - tidak ada sisa untuk limbah: limbah dari satu proses menjadi bahan baku dari proses produksi yang lain
Kepedulian sosial: lebih banyak hasil-lebih banyak penyerapan tenaga kerja-lebih banyak peluang bagi orang miskin
Sistem produksi siklus (non linier) dengan prinsip generasi dan regerasi
Inovasi tanpa batas
2. Perubahan Paradigma Ekonomi
Berfikir sistemik mengikuti cara bekerja alam semesta
Perubahan cara berbisnis: multi produk-multi kompetensi

CONTOH MODEL KEGIATAN UNGGULAN DALAM RANGKA SINERGI PENGEMBANGAN  MINAPOLITAN, INDUSTRIALISASI DAN BLUE ECONOMY

Swasembada garam yang diperkuat dengan industri olahan untuk garam industri di Madura
Industri olahan terpadu Tuna Tongkol Cakalang (TTC) di Bitung
Industri olahan udang di Karawang Jawa Barat

UPAYA YANG PERLU DILAKUKAN 

Kawasan pertumbuhan ekonomi
Pembangunan kawasan khusus berbasiskan partisipasi sektor usaha kelautan dan perikanan
Desain pemberian insentif dan perlakuan khusus untuk mengundang sektor usaha membangun kawasan pertumbuhan ekonomi
Membantu penyediaan areal/lahan bagi penanam modal
Daya saing dan de bottle necking
Simplifikasi perijinan dan peraturan daerah yang menunjang iklim investasi
Insentif pajak daerah
Peningkatan kualitas pelayanan terhadap penanam modal
Mendukung sektor unggulan di daerah masing-masing
Infrastruktur dan konektivitas
Penyediaan lahan bagi infrastruktur
Kerjasama antardaerah dalam pembangunan infrastruktur dan konektivitas
Perubahan mindset masyarakat untuk mendukung pembangunan infrastruktur dan konektivitas

No comments:

Comments system